Connect with us

Culture

Tlilir Art and Culture Festival, From Village to The World

TEMANGGUNG –Selain memiliki kualitas tembakau terbaik di dunia, kini masyarakat Desa Tlilir, Kabupaten temanggung, Jawa Tengah juga punya pertunjukan budaya yang sangat menarik.

Di atas ketinggan 1.100 mdpl masyarakat Tlilir maupun wisatawan dapat menyaksikan festival budaya bernama Tlilir Art and Culture Festival. Sebuah event berbasis pariwisata dan digerakkan oleh masyarakat dengan berlatar Gunung Sumbing.

Festival perdana yang bertajuk “From Village to The World” diharapkan menjadi daya tarik pariwisata baru bagi kabupaten Temanggung sekaligus mendukung upaya pemerintah pusat dalam mencapai target 1,2-1,4 miliar pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) pada tahun ini.

Menariknya, venue untuk panggung maupun penonton berada di atas atap rumah-rumah warga yang sehari-harinya biasa digunakan untuk menjemur tembakau.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, selaras dengan berkembangnya seni dan budaya, Tlilir terus memproklamirkan diri sebagai desa wisata kampung tembakau.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) pun mendukung penyelenggaraan ‘1st Tlilir Art & Culture Festival’ yang merupakan hallmark event berbasis pariwisata dan digerakkan oleh masyarakat.

“Saya berharap dengan adanya dukungan dan kolaborasi bebagai pihak, Tlilir Art & Culture Festival menjadi momen tak terlupakan bagi seluruh peserta dan pengunjung,” ujar Menparekraf dalam sambutannya secara virtual, dikutip Minggu (3/9/2023).

Sementara, Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf/Baparekraf, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani dalam sambutannya di lokasi festival pada Sabtu (2/9) menyampaikan, event seperti festival budaya merupakan bagian dari 3A (Akses, Atraksi, Amenitas) dan menjadi unsur penting untuk memajukan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.

Dia juga menilai, event festival Tlilir sebagai wujud inovasi dan adaptasi terhadap tren perubahan sikap wisatawan pascapandemi dalam berwisata yang bersifat personalize, customize, localize dan smaller in size.

“Wisatawan pascapandemi cenderung lebih menyukai aktivitas pariwisata luar ruangan atau outdoor dan suasana di Tlilir cocok untuk pengembangan desa berbasis ecotourism,” tuturnya.

Dewi menambahkan, Kemenparekraf mengapresiasi dan mendorong keberlanjutan event Tlilir Art & Culture Festival serta mengajak seluruh stakeholders pariwisata untuk berkolaborasi.

“Kami berharap festival ini berkelanjutan sehingga bisa menjadi event tahunan di Jawa Tengah dan khususnya di Temanggung, serta bisa mendatangkan banyak pengunjung dari berbagai daerah. Sehingga, pada akhirnya akan bisa mendukung pencapaian target 1,2-1,4 miliar pergerakan wisnus di 2023,” paparnya.

“Kami di kementerian akan mendukung dari aspek publikasi, promosi dan dukungan lainnya,” imbuh Dewi.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Temanggung Hendra Sumaryana menambahkan, selain perbaikan aksesibilitas, pihaknya akan mengupayakan agar event festival tersebut semakin banyak diketahui masyarakat luar sehingga multiplier effect-nya tidak hanya dirasakan di kabupaten saja tapi secara nasional.

“Temanggung punya dua hal yang unik dan mendunia yaitu tembakau dan kopi. Event ini juga menjadi bagian yang bisa ‘dijual’ dan dipromosikan,” ucapnya.
Kepala Desa Tlilir Fatur Rohman mengungkapkan, keindahan alam dan tembakau yang mendunia menjadi daya tarik tak hanya bagi wisnus melainkan juga wisatawan mancanegara (wisman).

Menurut dia, wisman yang pernah datang ke desa Tlilir di antaranya berasal dari Belanda, Belgia, Jerman, Rusia, Ukraina dan Australia. Bagi turis yang ingin menginap, desa Tlilir saat ini juga memiliki 12 homestay.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending