Connect with us

Culture

Tradisi Mellantang, Mengantar Nenek Issa Menuju Alam Puya (Part I)

Sebuah nuansa unik dan berbeda akan sangat terasa ketika menjejakkan kaki di Toraja. Disamping keindahan alamnya yang menakjubkan diramu dengan tradisi khas Suku Toraja yang masih otentik sehingga menjadikan Toraja sebagai destinasi wisata paling populer di Provinsi Sulawesi Selatan.

Salah satu yang menjadi daya tarik Toraja adalah Upacara Pemakaman atau Rambu Solo. Budaya dan tradisi dari nenek moyang masih dipertahankan dengan baik dan otentik. Pesatnya modernisasi tdk mengikis tradisi yang sudah melekat.

Rambu solo adalah upacara adat kematian masyarakat Tana Toraja yang bertujuan untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam Roh. Upacara ini sering juga disebut upacara penyempurnaan kematian karena orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal setelah seluruh prosesi acara ini digenapi.

Upacara pemakaman ini terkadang baru digelar setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sejak kematian dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup uang untuk membiayai acara pemakaman yang terbilang fantastis.

Tak kurang dari dua bulan, Desa Palawa Kecamatan Sesean, Kabupaten Toraja Utara Sulawesi Selatan akan menggelar acara puncak ma’kaburu (penguburan) Rambu Solo’ di Komplek Tongkonan Palawa.

Adalah mendiang Nenek Issa dan sang putra Ruben Pabutungan   akan dihantar ke peristirahatan terakhirnya yang rencananya dilakukan pada Juni 2018 mendatang.

Sebelum menuju prosesi Rambu solo’, sebuah kegiatan Mellantang (bikin pondok acara pemakaman) digelar sebagai awal dari semua prosesi ini.

Sebuah tempat prosesi pemakaman yang disebut rante disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan.

Gotong royong masyarakat Toraja sangat jelas terlihat di sini. namun yang menarik perhatian, ada beberapa wisatawan mancanegara yang antusias membantu penduduk setempat dalam membuat pondok untuk acara pemakaman.

Proses Mellantang biasanya berlangsung selama 6 bulan sebelum upacara pemakaman dilakukan. Pembuatan pondok, tongkonan dan gotong royong merupakan sebuah peragaan budaya yang unik dan otentik.

Stepanus Sarese, Anggota DPRD Toraja menyatakan Mellantang adalah bagian penting dari prosesi upacara kematian. Bahan yang digunakan adalah Bambu Getung yang diikat dengan tali tanpa menggunakan paku.

“Sebuah nuansa gotong royong yang sulit ditemui di zaman modern seperti sekarang,” kata Stepanus Sarase yang merupakan saudara dari mendiang Nenek Issa.

Dikatakan, Almarhum Nenek Issa dan Ruben adalah tokoh yang dikenal baik dan bersahaja oleh masyarakat Palawa. “Semasa hidupnya sangat dekat dengan masyarakat Palawa. Sehingga kepergian beliau meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Palawa,” terangnya.

Nenek Issa memiliki jiwa sosial yang tinggi. Tak jarang Kehadirannya di tengah acara adat masyarakat mengundang gelak tawa karena pribadinya yang humoris.

“Kini Palawa terasa sepi setelah kepergian Nenek Issa. Jiwa humornya begitu tinggi. Sehingga orang senang berada di dekat beliau,” pungkasnya lagi.

Nenek Issa wafat pada 5 Mei 2016 di RS Elim Rantepao karena sakit. Selang tiga minggu kemudian tepatnya pada 29 Mei 2016 sang putera Ruben Pabutungan menyusul sang bunda ke haribaan yang Maha Kuasa.

Masyarakat Toraja percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba tetapi merupakan sebuah proses yang bertahap menuju Puya (dunia arwah, atau akhirat). Dalam masa penungguan itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan disimpan di bawah tongkonan. Arwah orang mati dipercaya tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan ke Puya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending