Connect with us

Festival

Festival Bau Nyale 2019: Tradisi ‘Berburu’ Putri Mandalika

Bagi sebagian masyarakat Indonesia menangkap cacing merupakan hal yang lumrah. Selain sebagai makanan hewan peliharaan, cacing juga dipercaya memiliki banyak manfaat. Hampir setiap hari kita bisa menemukan cacing di sekeliling kita. Tetapi bagaimana jika cacing ini hanya muncul dalam satu tahun sekali?

Masyarakat Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat memiliki tradisi unik setiap tahunnya. Setiap tanggal 20 bulan 10 penanggalan Suku Sasak atau sekitar bulan Februari dan Maret ribuan masyarakat Lombok merayakan tradisi Bau Nyale. Bau Nyale sendiri terdiri dari 2 suku kata ‘Bau’ yang berarti berburu atau menangkap dan ‘Nyale’ artinya cacing laut. Jadi, saat waktunya tiba masyarakat Lombok berkumpul di Pantai Seger untuk berburu nyale.

Tradisi ini merupakan tradisi turun menurun dan dipercaya dapat memberikan keberkahan bagi masyarakat Lombok. Bahkan mereka rela menginap di pantai demi mendapatkan cacing-cacing tersebut.

Hal ini terlihat pasca puncak tradisi Bau Nyale, Senin (25/2). Sejak pukul 03.00 WITA para pemburu cacing laut sudah berkumpul di Pantai Seger, Mandalika. Dari kalangan anak-anak hingga para orang tua telah mempersiapkan berbagai perlengkapan sederhana seperti jaring, lampu senter, dan ember. Tidak sedikit juga wisatawan nusantara maupun mancanegara yang ikut memeriahkan festival tahunan tersebut.
Menurut mitos dan kepercayaan masyarakat Pulau Lombok, nyale dipercaya sebagai jelmaan putri Mandalika yang cantik. Ia berkorban menceburkan diri ke laut pantai selatan. Putri Mandalika menceburkan diri ke laut sebagai pilihan. Ia tidak ingin terjadi pertumpahan darah di antara para pangeran kerajaan di Lombok, yang waktu itu memperebutkan dirinya.

“Warga Lombok percaya bila cacing laut merupakan jelmaan Putri Mandalika yang terkenal dalam legenda masyarakat sekitar. Cacing laut yang berwarna hijau, cokelat dan merah yang ditangkap dianggap bisa mendatangkan berkah. Ini merupakan tradisi yang unik yang menjadi atrasi menarik bagi wisatawan,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya, Senin (25/2).

Oleh karena itu, masyarakat Lombok memiliki hasrat yang sama untuk menemukan jelmaan Putri Mandalika tersebut. Kegiatan ini membuat warga larut dalam kebahagiaan. Nyale dengan warna yang unik ini dikenal mengandung protein yang tinggi sehingga sangat nikmat dan layak untuk dikonsumsi. Terlebih lagi nyale hanya bisa dinikmati setahun sekali.

“Saya dapat banyak nyale tahun ini, bisa saya jual atau saya konsumsi sendiri bersama keluarga,” ujar Rahmat sambil menunjukkan hasil tangkapannya.

Bukan sekedar menangkap cacing, prosesi ini menjadi ajang pengikat persaudaraan bagi masyarakat Lombok. Terbukti meski tidak saling kenal, mereka saling bersenda gurau satu dengan lainnya sambil mencari cacing. Bahkan tak sedikit dari anak-anak muda Lombok yang mencari jodoh diajang tersebut.

Bukan itu saja, tradisi ini pun memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Bagai mana tidak, prosesi ini mengundang wisatawan datang. Baik itu wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara (wisman). Para wisatawan ini begitu penasaran dengan tradisi ini.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending